1. COURAGE:
Keberanian, Kebulatan tekad, keteguhan hati
Rekan-rekan pasti ada yang
bertanya mengapa saya meletakkan keberanian ini pada kunci pertama. Bukankah yang
dibutuhkan keyakinan lebih dulu untuk berubah. Anda memang benar, dibutuhkan
keyakinan yang mantap agar kita bisa mencapai sukses hakiki. Hingga setelah
saya meneliti dan mengikuti kehidupan para tokoh sukses peraih prestasi, dalam
kenyataannya sikap keberanian yang mendorong mereka di awal perjalanan suksesnya.
Jika kita lihat lagi,
keberanian, berasal dari kata courage. Bila ditelaah lagi, courage asal katanya
dari bahasa Prancis: “coeur” yang berarti ‘hati’. Singkat kata, keberanian itu
berasal dari hati kita, ada di dalam diri kita. Jadi keberanian itu bukan
ditemukan dalam tindakan yang hebat, heroik di luar sana. Tapi tindakan penuh
emosi, antusias, memiliki ‘passion’ yang berasal dari hati sanubari kita.
Keberanian jenis ini mengandung unsur kebenaran spiritual yang tinggi. Sehingga
mengapa para tokoh sukses dan para peraih prestasi puncak, memiliki keberanian
yang menyala-nyala dan penuh keyakinan? Karena mereka memiliki keberanian dari
dalam dirinya, yang tidak mudah goyah oleh omongan orang lain.
Sebut saja Seichiro Honda. Honda
berani melawan arus, ditertawakan teman-temannya, meninggalkan kuliahnya demi
mengejar impian dalam mengembangkan mobil. Bill Gates berani keluar dari
Harvard University, dan mendekam selama 6 bulan untuk menyelesaikan software Operating
System pesanan IBM. Sylvester Stallone berani menolak produser yang membeli
skenario film Rocky seharga $230.000, walaupun dia saat itu lagi bokek, ditambah
lagi istrinya sering ‘mengomel’ karena selalu tidak ada uang. Dari Indonesia,
salah satunya ada Bapak (Almarhum) Tirto utomo. Awal tahun ‘80an dianggap ‘gila’
gara-gara menjual produk air mineral dengan merek “AQUA’ di Indonesia yang terkenal
kaya akan air. Namun kini keluarganya menikmati kekayaan yang diwarisinya, hanya
gara-gara AIR (eeehhh maaf nih, berkat bisnis AQUA)
Singkat kata, mengapa kita perlu nilai keberanian?
Karena sering kali seseorang
(mungkin juga kita) sudah terlalu lama mengalami ‘Stuck’ dalam hidupnya.. Stuck
di sini artinya kelihatannya ada action, ada tindakan, namun hanya maju
sejenak, lalu mundur kembali. Begitu seterusnya, sehingga secara grafik tidak
ada progress atau kemajuan yang cukup berarti.
Hal ini mengingatkan saya dengan
teman sekolah SMA, namanya Agus Santoso. Saya bertemu dia sewaktu datang ke reuni kelas
III angkatan saya di tahun 2004. Agus memang rangking satu di kelas. Saat itu sudah
bekerja di sebuah bank yg cukup ternama dengan jabatan yg cukup bagus menurut
saya. Dari obrolan saat itu, Agus mengajak beberapa teman untuk mengembangkan
bisnis pakaian dan makanan. Saya sangat kagum dengan karirnya, sedangkan saya
baru saja mengalami kerugian usaha. Di mata saya keberhasilan bisnis Agus sudah
di depan mata, dengan keyakinan dan rencana2 dia.
2 tahun sejak saat itu saya
tidak bertemu dia lagi, hingga awal tahun 2006 secara kebetulan saya bertemu dia
di bandara Juanda. Saya sangat senang bertemu dia saat itu. Lalu dengan
semangat saya menanyakan bisnis yang telah dibangunnya 2 tahun lalu. Namun Agus
dengan ekspresi wajah yang mendadak berubah kusut, menjelaskan betapa susahnya ekonomi
saat itu. Takut mengalami kerugian, kawatir tidak bisa bersaing dengan yg lain.
Lagian juga beresiko menginvestasikan uang yang belum tentu nantinya berhasil. Apalagi
dia harus rela kehilangan jabatan dan pindah pekerjaan yang tidak sesuai dengan
bidangnya. Jadi usahanya tidak jadi dimulai.
Dia yang tahu kepulangan saya
dari Kalimantan, balik bertanya pada saya, kok saya berani memberi training
para manager sebuah bank, dia tanya modal apa yang saya miliki. Akhirnya kami
sempatkan cerita2 sejenak tentang pekerjaan kami masing-masing. Patut
disayangkan memang. Agus, teman saya yang saya tahu punya keyakinan dan kemampuan
untuk berhasil, namun tidak punya keberanian untuk melangkah, membiarkan dirinya
‘membeku’ dicekam rasa takut.
Fokus pada Goal (Solusi), bukan pada rasa takut (Masalah) anda
Seringkali kita membiarkan diri
kita dicekam rasa takut dalam hidup kita. Ada 2 penghambat terbesar seseorang
mengalami ‘stuck’ dalam hidupnya yaitu: Rasa takut dan Suka menunda. Jika
dilihat lagi ada 4 macam rasa takut yang sering muncul mulai dari takut
mengalami kegagalan, takut tidak diterima (takut ditolak), takut melangkah/menemui
hal baru dan takut untuk meraih kesuksesan.
Coba kita ingat lagi kejadian minggu
lalu atau bulan lalu yang berhubungan dengan rasa takut. Kalau kita memikirkan
rasa takut itu, berarti kita sedang terfokus pada masalah kita. Di dalam
seminar “Firewalk Experience”, saya mengajak semua peserta memfokuskan goal
mereka, apa yang mereka inginkan. Dan sengaja melupakan sejenak rasa ketakutan
mereka terhadap api. Saat peserta terfokus pada apa goal mereka, tiba-tiba rasa
takut itu menjadi mengecil dan samar-samar, pada akhirnya sudah tidak
mengganggu mereka lagi.
Dampaknya, setelah ternyata kaki
mereka tetap baik-baik saja, tanpa ada luka, mendadak timbul rasa kepuasan dan
kebanggaan bahwa mereka telah berhasil mengalahkan ketakutan mereka. Bahwa apa
yang semula sempat mereka bayangkan ternyata tidak terjadi. Berikutnya mereka memberanikan
diri antri lagi untuk jalan kedua kalinya dan bisa jadi ke sekian kalinya. Secara
tidak langsung mereka telah belajar memupuk mental keberanian dan keyakinan
diri yang tinggi. Dari pada kita membahas mengapa kita memiliki rasa takut,
lebih baik kita berfokus pada keberanian macam apa untuk bisa mengatasi rasa
takut kita.
Point penting untuk topik ini:
‘Benih keberanian’ sudah ada
dalam diri anda, anda tidak perlu mencarinya keluar. Sudah tertanam di dalam hati
sanubari anda. Anda hanya perlu melatihnya lebih sering. Tetaplah berfokus pada
solusi dan apa yang anda inginkan. Perlu diingat: Anda berhak memiliki
kehidupan yang anda inginkan. Untuk mencapai itu, siramilah lebih dulu ‘benih
keberanian’ anda.
By Markus Tan