Rabu, 27 Oktober 2010

SEORANG PAWANG ULAR


Alkisah, seorang pawang ular ternama pergi ke daerah pegunungan untukmenangkap ular dengan keahliannya. Saat itu, salju turun dengan sangatderas. Pawang itu pun mencari ke setiap sudut gunung untuk menemukan ularyang besar. Setelah beberapa lama, akhirnya ia menemukan bangkai ular nagayang amat sangat besar.
Pawang itu senang sekali dan ia ingin menyombongkan tangkapannya di hadapanseluruh penduduk kota. Ia membungkus naga itu dan membawanya ke Baghdaduntuk dipertontonkan. Turunlah ia dari gunung dengan menyeret ular sebesarpilar istana. Ia sampai di kota dan segera menceritakan kehebatannya kepadasetiap orang yang ia temui. Ia katakan bahwa ia telah bergumul dan berkelahihabis-habisan sampai ular itu mati di tangannya.
Masalahnya, ternyata ular naga itu tidak benar-benar mati. Ia hanya teridurkarena kedinginan akibat salju yang sangat tebal. Si pawang tak mengetahuihal ini. Ia malah mengadakan pertunjukan untuk umum di tepian sungai Tigris.Berduyun-duyun orang datang dari seluruh penjuru kota untuk melihatpemandangan luar biasa; seekor ular naga dari gunung yang mati di tanganseorang pawang ular.
Semua orang mempercayai cerita pawang ular itu dan mereka tak sabar inginmelihat binatang yang langka ini. Semakin banyak pengunjung, semakin besarpula pemasukan yang didapat sang pawang. Oleh karena itu, pawang itumenunggu lebih banyak lagi orang yang datang sebelum ia membuka bungkusanular naga. Dalam waktu singkat, tempat itu sesak dipenuhi para pengunjung.Sang pawang lalu mengeluarkan ular besar itu dari kain wol yang membalutnyaselama perjalanan dari gunung.
Meskipun ular itu diikat kuat dengan tambang, sinar mentari Irak yang teriktelah menerpa bungkusan ular itu selama beberapa jam, dan kehangatan itumengalirkan kembali darah di tubuh ular. Perlahan-lahan, sang naga terbangundari tidurnya yang panjang. Begitu ular itu bangun, ia segera meronta dariikatan tambang yang melilitnya. Para penonton menjerit ketakutan. Merekaberhamburan lari ke berbagai arah dengan paniknya. Kini, naga itu telahlepas dari ikatan dan ia mengaum keras seperti seekor macan. Banyak orangterbunuh dan terluka karena peristiwa ini.
Si pawang ular berdiri terpaku ketakutan. Ia menjerit-jerit, "Oh Tuhan, apayang telah aku lakukan? Apa yang telah aku bawa dari gunung?" Ular naga lalumelahap sang pawang dalam sekali telan. Dengan cepat ia menyedot darahnyadan meremukkan tulang-tulangnya seperti ranting-ranting kering.
Rumi menutup cerita itu dengan berkata: Ular naga adalah perlambang nafsulahiriah. Bagaimana matinya ular itu? Nafsu hanya dapat beku denganpenderitaan dan kekurangan. Berilah nafsu itu kekuatan dan hangatnya sinarmentari, maka ia akan terbangun. Biarkan ia beku dalam salju dan ia takkanpernah bergerak. Namun bila kau melepaskannya dari ikatan, ia akan melahapmubulat-bulat. Ia akan meronta liar dan menelan semua hal yang ia temui.Kecuali kau sekuat Musa dengan tongkat mukjizatnya, ikatlah selalu ularnagamu dalam lilitan keimanan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar